WASHINGTON - Rekayasa genetik tidak hanya diterapkan pada sapi untuk menghasilkan susu lebih sehat, tapi juga dapat diimplementasikan pada hewan pengerat. Baru-baru ini, ilmuwan membuat tikus rekayasa genetik yang memiliki kemampuan "Superhero" melalui indera penciumannya yang tajam guna mendeteksi keberadaan ranjau darat.
Dilansir Telegraph. hewan pengerat ini mampu mendeteksi bau dari bahan peledak, TNT yang biasa digunakan tentara di medan perang. Tikus memiliki kemampuan untuk mengendus ranjau darat tersebut.
Studi menemukan bahwa tikus tersebut telah melalui proses genetically modified atau rekayasa genetik. Sehingga, memiliki ketajaman indera penciuman 500 kali lipat lebih sensitif ketimbang tikus biasa dan dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan bahan peledak.
Para ahli mengatakan, karena berat tikus tersebut yang ringan, sehingga dapat beroperasi dengan bebas di medan perang serta digunakan untuk menemukan lokasi ranjau tersembunyi, tanpa perlu khawatir ranjau tersebut dapat meledak.
Sebuah microchip ditempatkan di bawah kulit tikus, yang dapat merasakan ketika tikus telah menangkap bau TNT. Secara nirkabel, perangkat chip tersebut akan menyampaikan pesan ke komputer terdekat.
Tikus yang mengalami proses rekayasa genetik ini dirancang untuk memiliki peningkatan sensitivitas Dinitrotoluene (DNT). DNT merupakan senyawa yang hampir identik dengan Trinitrotoluene (TNT), yang merupakan bahan peledak paling umum yang digunakan dalam ranjau darat.
Pasukan khusus "pembersih ranjau" ini akan bekerja untuk bidang militer. Sebuah badan amal di Belgia telah sukses melatih tikus Giant African untuk mengenali bau TNT dan berburu ranjau darat.
"Tikus-tikus ini sangat efektif. Hewan ini memiliki beberapa keuntungan sebagai detektor ranjau dan jauh lebih murah untuk diatur serta mudah dikembangbiakkan," ujar peneliti Charlotte D'Hulst dari City University of New York.
Dilansir Telegraph. hewan pengerat ini mampu mendeteksi bau dari bahan peledak, TNT yang biasa digunakan tentara di medan perang. Tikus memiliki kemampuan untuk mengendus ranjau darat tersebut.
Studi menemukan bahwa tikus tersebut telah melalui proses genetically modified atau rekayasa genetik. Sehingga, memiliki ketajaman indera penciuman 500 kali lipat lebih sensitif ketimbang tikus biasa dan dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan bahan peledak.
Para ahli mengatakan, karena berat tikus tersebut yang ringan, sehingga dapat beroperasi dengan bebas di medan perang serta digunakan untuk menemukan lokasi ranjau tersembunyi, tanpa perlu khawatir ranjau tersebut dapat meledak.
Sebuah microchip ditempatkan di bawah kulit tikus, yang dapat merasakan ketika tikus telah menangkap bau TNT. Secara nirkabel, perangkat chip tersebut akan menyampaikan pesan ke komputer terdekat.
Tikus yang mengalami proses rekayasa genetik ini dirancang untuk memiliki peningkatan sensitivitas Dinitrotoluene (DNT). DNT merupakan senyawa yang hampir identik dengan Trinitrotoluene (TNT), yang merupakan bahan peledak paling umum yang digunakan dalam ranjau darat.
Pasukan khusus "pembersih ranjau" ini akan bekerja untuk bidang militer. Sebuah badan amal di Belgia telah sukses melatih tikus Giant African untuk mengenali bau TNT dan berburu ranjau darat.
"Tikus-tikus ini sangat efektif. Hewan ini memiliki beberapa keuntungan sebagai detektor ranjau dan jauh lebih murah untuk diatur serta mudah dikembangbiakkan," ujar peneliti Charlotte D'Hulst dari City University of New York.
Posting Komentar